🎋 Puisi Bertema Cinta Tanah Air

Nahuntuk menambah motivasi dan inspirasi kalian di bawah ini sudah Cari Puisi kumpulkan beberapa puisi bertema Rumah. Berikut ini adalah masing masing judul dalam kumpulan puisi cinta tanah air indonesia yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak antara lain. Yang mengikuti alam puisi alam berupa pantai dan hutan puisi gen mirip dengan Islamcinta, dua kata sarat makna. Bahwa agama islam itu indah dan menolak segala bentuk kejahatan. Termasuk kekerasan apalagi aksi terorisme. Bahwa islam juga menerima moderasi dan toleransi. Tanpa harus menunjukkan taringnya, agama islam bisa sampai ke setiap orang melalui cinta. Bicara tentang islam cinta, maka salah satu orang yang Termasukmembuat puisi bertema Kemerdekaan. Ada berbagai cara untuk menyemarakkan HUT ke-76 RI, apalagi di tengah pandemi Covid-19. Termasuk membuat puisi bertema Kemerdekaan. Rabu, 13 Juli 2022 Pandemi Covid-19 di Tanah Air memang belum usai. Nonton Ikatan Cinta Malam Ini Selasa 12 Juli 2022, Pacar Sal Marah ke Andin, Elsa Hai para Penjejak yang baik dan budiman! Berikut ini adalah UPDATE FINAL peserta Lomba Puisi Nasional Bertema “Perdamaian Dunia” Bersama Jejak Publisher. Lomba ini berlangsung dari 19 September – 03 Oktober 2020 dan diikuti oleh 276 orang peserta Readpuisi 6 from the story bait rasaku tentangmu by shintashine sinta with 1943 reads. Namun, sebel PuisiTentang Alam merupakan kumpulan puisi tentang keindahan alam. Kategori ini terbatas pada pesona gunung, lebatnya hutan yang dijelajahi, luasnya laut yang disebrangi. Namun segala keindahan seolah musti dibayar, ketika terjadi bencana, seperti pandemi pada 2020. Alam seolah ingin meminta bayaran atas keindahan yang dirusak manusia. NilaiPendidikan Karakter Dalam 10 Puisi Karya Taufik Ismail | 1029 Volume 1 Nomor 6, November 2018 P – ISSN 2614-624X E – ISSN 2614-6231 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM 10 PUISI semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kumpulanpuisi cinta tanah air ini juga biasanya sering dicari ketika menjelang 17 agustus, biasanya untuk lomba baca puisi. Diantara puisi-puisi tentang cinta tanah air ada beberapa yang sebenarnya sudah dikenal karena pembuatnya memang sudah terkenal, yakni puisi berjudul Puisi Untuk Ibu Pertiwi karya Khalil Gibran puisi bertema nasionalisme puisicinta tanah air ini kupersembahkan untuk kita semua, putra dan putri ibu pertiwi indonesia. yang sedang menderita,takberdanya dan menagis. Kumpulan Puisi Keindahan Alam Terbaru 2014 UPDATE!!! Kumpulan Puisi › Puisi Alam Dengandemikian, generasi muda diharapkan lebih cinta tanah air. KATA KUNCI : nasionalisme, puisi, pendidikan karakter Show less. Berikut salah satu puisi Chairil yang bertema nasionalisme yang berjudul Diponegoro dan Karawang Bekasi. DIPONEGORO Oleh : Chairil Anwar Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di 1409/2021 22+ Puisi Cinta Tanah Air Bahasa Inggris. 23/08/2020 Kumpulan puisi chairil anwar, karya yang terkenal tentang cinta, agama, doa, persahabatan, pahlawan, guru dan maknanya. Source: sekalian, cinta tanah air tidak hanya mendeklarasikan bahwa kita cinta indonesia saja, tetapi juga menunjukkan melalui tindakan bahwa KumpulanPuisi Emha Ainun Nadjib - Assalamu’alaikum. Selamat pagi, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan di pagi ini saya akan mencoba berbagi tentang kumpulan puisi Emha Ainun Nadjib. Langsung saja ya. Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 0nQioxH. Berikut ini merupakan berbagai kumpulan puisi bertema cinta tanah air yang saya kumpulkan dari internet. Maaf ya, kalau berantakan karna gak sempet edit. D hehe . Semoga bermanfaat . ^_^ Potret Negeri Aku berdiri menatap langit bangsaku…biru, abu-abu…lalu menghitam Lukisan indah alam negeri berubah menjadi pemandangan penuh haru Di setiap sudut bumi pertiwi menangis…sedu sedan.. Perut membuncit, raga hanya belulang yang sesaat lagi akan patah Ibu pertiwi…aku tak pernah lagi melihat senyummu Tak jua kembali aku mendengar petuah-petuahmu Yang ada kini kau membisu diantara keluh kesah anak negeri Semakin hari semakin membuatmu nelangsa Tanah airku tak lagi punya belantara, laut melepas, atau gunung menjulang Panas, datar, bah, api, kerontang, hitam mengabu, semuanya kini jadi warnamu Menangisku hampir membakar pelupuk mata…sendu…pilu… Sementara sanubariku terpekur, tak sanggup menatap dunia Ibu pertiwi tiba-tiba menamparku, berkali-kali, bertubi-tubi ! Sakit, perih, tapi aku merasakan kasih yang selama ini hilang ditelan kesombongan Mataku terbelalak saat hutanku terbakar, lautku tercemar, dan gunungku meletus Bah menelan tempat tinggal kami, asap membumbung menyesakkan dada Rasanya tak ada lagi waktu untukku terisak kembali Menatap negeri tercinta dalam lahat kehancuran Indonesia, aku tak ingin kehilangan tanah kelahiranku Tanah yang akan dan selamanya menjadi tumpah darahku Kurajut asa lukisan negeri ini hanya sepintas lalu… Berlalu..berlalu..dan berganti potret abadi bersama Indonesia sejati Biarlah nanti lukisan pedih tanah air terbingkai dalam kenangan Karena cinta akan membawa kedamaian dan kebaikan Kapanpun…dimanapun…siapapun…dan selamanya… judul puisi * kami pewaris negeri ini * kami disini… menatap langit membelah cakrawala tanah air kami tak apa, bersandal jepit kami bersekolah kadang tak beralas ini kaki dengan sepatu model terbaru melewati tanah basah kaki-kaki kami dimana tersiram hujan sawah padi menguning menelusuri ngarai sungai berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutanku sesekali menyeka peluh pada wajah peluh jatuh dari badan karena cinta pada negeri karena cita-cita tanah air gemilang ada pada puncak jiwa kami tak gentar kami bila badai hujan menghadang dimana membasahi baju dan tas terbuat dari anyaman bambu karena kami tahu membangun tanah air adalah mulia gunung krakatau menampakan kegagahanya karang dihantam deburan ombak mengila tetap kokoh ia berdiri jiwa semangat ditempa sang guru agar tak menjadi generasi cengeng lihat…! matahari mulai menampakan sinar cahayanya berlari kita bersama menuju indonesia bangkit karena kami pewaris negeri ini. sidoarjo april* 2008……… By paundra NB berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutan negeri kami maaf bukan hutanku..,terimaksih oleh paundra judul puisi ” selamat berjuang anak-anak’ku…” kamu tahu apa itu cinta kepada tanah air? pegang ini buku dan pena, kau gali ilmu dari jiwa-jiwa para kau menjadi generasi cerdas bangsa yang besar tak akan ada ! bila kau berdiam pada kebodohan dirimu cinta kepada tanah air,tak akan ada dalam jiwamu, bila kau tak menghargai para jasa pahlawan bangsamu sekarang sudah tiba waktunya kau tumpahkan semangat dalam jiwa dan membangun tanah airmu sana..! berangkatlah..! sinsingkan lengan bajumu, doaku ada dalam dirimu ” selamat berjuang anak-anak’ku…” sidoarjo april*2008…….. By Wendie Razif Soetikno, MDM NEGERI YANG TERLUKA Ibu pertiwi seperti buku yang tergeletak, lupa tak tersentuh, dan membiarkan anak negeri berlari dengan senja, setelah lelah menantang mentari pagi. Ibu pertiwi seperti Durga yang terbelalak, melihat tugu yang runtuh, dan membiaskan rona yang berbusur seroja, menuju ke pusara yang diguyur doa dan sesaji, Visit Indonesia, Enjoy Jakarta, Stay with us ….. But what for ??? By Febry abrar Satu Buat Ibu Pertiwi Negri Langit Biru Dalam dongeng Ibuku… Tentang Tanah harum Di Ujung Pulau Yang Kehilangan Bapa Sunyinya nyanyian Anak-anak seribu pulau Rataplah…. Senyum-senyum awan Yang Hampir Pudar Bunga-bunga indah Yang Berguguran Hilangnya Buaian-buaian angin Yang Lembut Tentang benang-benang Yang kusut Kaca-kaca yang retak Dalam keluh kesahnya Dekaplah… Seribu pulau yang sedang piatu Taburkan Bunga-bunga Yang Kembali Mekar Rentangkan benang-benang yang kusut Satukan kaca-kaca yang retak Dalam Satu Ibu Agar Awan-awan Kembali Tersenyum Dalam persembahahan Nyanyian Anak-anak Seribu pulau Untuk Satu Ibu Pertiwi. Salam kemerdekaan INDONESIA, MERDEKA, ALLAHU AKBAR…! By zie_noer surat untuk kawan seperjuangan desaku yang kusinta’ pujaan hatiku’ kawan,nyanyian itu masih kuingat betul beberapa generasi setelah kita sering menembangkannya nyanyian itu adalah ikrar cinta mereka pada ibu pertiwi sungguh sayang mengapa ikrar cinta yang sering mereka nyanyikan kini tak lagi terdengar apakah generasi setelahnya tak lagi mengenal kawan,mungkin aku salah mempermasalahkannya dunia ini telah berubah umat manusia sudah terlalu akrab dengan istilah globalisme tapi, apakah bangsa ini akan mampu hidup hanya dengan globalisme yang menurutku hanyalah istilah gombal belaka tidak kawan,globalisme tak akan mampu mencukupi kebutuhan bangsa ini bangsa ini butuh reinkarnasi bung karno dan bung hatta kita butuh proklamator handal bukan provokator yang sering kita saksikan dalam layar kaca kawan, hati ini sebenarnya menangis ketika menyaksikan pertikaian bangsa kita sekarang itukah penghargaan mereka terhadap jutaan kusuma bangsa yang berjuang angkat senjata kawanku,mungkin sudah bukan waktunya lagi kita mengurusi bangsa ini sudah banyak peluh mengucur demi sejengkal tanah air kita berbagai pangkat dan jabatan pernah kita duduki lebih baik kita duduk tentram bersama anak cucu kita menyaksikan kedurhakaan penghuni tanah ini kawanku,walaupun kita pernah berjuang untuk bangsa ini jangan sakit hati bila saat mati kita disebut pengkhianat ngayogyakarta hadiningrat Bangun…!!! Silam tangisku memecah sunyi bumi pertiwi Jadi hingar diantara bingar terdengar Seperti menjamu tamu anak negeri Dielu…dipuja…penuh selaksa harap Aku masih diam meski jiwa merayu Masih menggeleng tatkala kawan menyeru Turun ke jalan… Satu…dua sahabat masih setia padamu Yang lain sudah digerogoti kebebasan tak terbatas Lantang…tegap…katanya bela engkau Bakar mimpi-mimpi busuk yang terlanjur merasuk Rasanya tak usah tangisi langit negeri Tak perlu jua menantang mendung bergemuruh Karena sudah ada angin yang menghalau Pelangi terkembang memanjang, usai itu… Bangun saja dari tidur panjang dengan segepok pintalan mimpi Malu menelusup karena bangsa ini tak pernah terlelap Selalu terjaga untuk menjaga Menguntai bhineka menjadi satu asa Mematri cinta yang terlanjur dirasa Jauh dalam jiwa ragawi…tak terbalas… Indonesiaku……….. Kau Tak Lagi Harum Mewangi Hutan Mu Tak Lagi Perawan Sejati Karena Telah Di Jamah Di Kotori Dan Di Perkosa Oleh Tangan Manusia Yang Tak Bertanggung Jawab Mereka Tebangi, Mereka Bakar Dan Mereka Curi Tanahmu Telah Di Nodai Bumimu Yang Asri Kini Menangis Sedih Karena Mereka Sudah Di Cemari Lautmu Nan Indah telah Dikotori nanti kalau ada lagi bolehkan pak? By makaribi SURAT BUAT GENERASI BERIKUTNYA. Indonesia 11 April 2008 Dalam remang cahaya lampu, kutulis surat untukmu. Agar setiap kenangan terawetkan dalam tulisan. 1\ Buat Anakku nanti jika kau telah mampu membaca tulisan ini mungkin saat itu kau mulai melawan hari Aku ingin ceritakan tentang hariku dan negeriku saat masih pagi dan langit biru sebiru hati ditengah udara kota bertuba Kupilih kupilah kenangan yang ada hingga kuingat saat tumbuh ditanah tercinta tanah yang hijau dengan langit seluas samuderanya. aku lahir disebuah pulau pulau terpadat dari puluhan ribu pulau tapi yang ingin kuceritakan bukan tentang keindahannya bukan tentang kekayaan alamnya, bukan pula tentang ramahtamah penduduknya, bukan pula tentang kesuburan dan kesejahteraannya cukuplah kiranya kaudapatkan cerita itu dari dongeng guru sejarahmu. 2\ Janganjangan negeri kita telah digadaikan Hari ini utang kita menumpuk, sudah sangat menumpuk kuingin tahu darimu saat kau dewasa, utang itu berkurang atau bertambah berapa ? aku tak tahu bagaimana sebabnya negeri yang kaya kekayaan alamnya bisa miskin begini rupa seperti tikus mati dilumbung padi. tidak, aku tidak ingin ceritakan tentang rentenir yang sering datang kesini dan suka mencampuri urusan dalam negeri aku juga tak ingin ceritakan tentang tetangga kita diseberang samudera, yang menguras kekayaan alam kita dan hanya meninggalkan sampahnya dan suka pula mengintimidasi dengan senjata tidak, aku tidak ingin ceritakan itu semua aku juga tidak ingin menceritakan pejabat, pegawai atau temanteman yang suka korupsi dana APBD atau APBN, ditambah kolusi dan nepotisme disingkat KKN. aku tak ingin menceritakannya, karena bisabisa aku diseretnya juga aku ini bukan orang suci atau ulama jadi jangan paksa aku menghakiminya, tapi jangan cobacoba jadi koruptor jika tak ingin gelisah tidurmu, atau ketangkap dan tekor. tapi tenang jika kau dijebak atau menjebakkan diri dalam korupsi tidak akan kau dihukum mati, apalagi jika kau bisa negoisasi itu lebih bagus lagi, kau bisa dibebaskan atau setidaknya diringankan. ah sudahlah jangan diperpanjang. 3\ hari ini kita makin susah aku hanya ingin ceritakan padamu kemarin ada ibuibu membunuh anakanaknya dan dirinya sendiri karena kabarnya sudah tak mampu lagi beli nasi. susah cari kerjaan maka banyak peminta dijalanjalan ingin kukasih setiap orang apa boleh buat, buat makan aja paspasan. ada juga kisah gadis diperkosa, banyak yang kira nafsu pemicunya tapi kukira juga karena nikah mahal biaya apalagi belum punya kerja ada lagi cerita, orangorang keluar negeri jadi tenaga kerja disana mereka disiksa, pulang hanya tinggal nama. yang paling mengerikan perampokan dengan pembunuhan tak bisa kubayangkan, dirimu hartaku satusatunya dirampas dan diperbudak jaman. warnanya biru langit luas dalam cengkraman awan gelap warnanya biru lautan dan ombak yang tak pernah mesra warnanya hitam tanah gersang dan batang pohon yang berderak rapuh warnanya hitam luapan lumpur rawa yang menghisap pepohonan negeri ini tak indah lagi tanah ini tak hangat lagi jiwa judul puisi * kami pewaris negeri ini * kami disini… menatap langit membelah cakrawala tanah air kami tak apa, bersandal jepit kami bersekolah kadang tak beralas ini kaki dengan sepatu model terbaru melewati tanah basah kaki-kaki kami dimana tersiram hujan sawah padi menguning menelusuri ngarai sungai berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutanku sesekali menyeka peluh pada wajah peluh jatuh dari badan karena cinta pada negeri karena cita-cita tanah air gemilang ada pada puncak jiwa kami tak gentar kami bila badai hujan menghadang dimana membasahi baju dan tas terbuat dari anyaman bambu karena kami tahu membangun tanah air adalah mulia gunung krakatau menampakan kegagahanya karang dihantam deburan ombak mengila tetap kokoh ia berdiri jiwa semangat ditempa sang guru agar tak menjadi generasi cengeng lihat…! matahari mulai menampakan sinar cahayanya berlari kita bersama menuju indonesia bangkit karena kami pewaris negeri ini. sidoarjo april* 2008……… NB berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutan negeri kami maaf bukan hutanku..,terimaksih oleh paundra NEGERI YANG TERLUKA Ibu pertiwi seperti buku yang tergeletak, lupa tak tersentuh, dan membiarkan anak negeri berlari dengan senja, setelah lelah menantang mentari pagi. Ibu pertiwi seperti Durga yang terbelalak, melihat tugu yang runtuh, dan membiaskan rona yang berbusur seroja, menuju ke pusara yang diguyur doa dan sesaji, Visit Indonesia, Enjoy Jakarta, Stay with us ….. But what for ??? Satu Buat Ibu Pertiwi Negri Langit Biru Dalam dongeng Ibuku… Tentang Tanah harum Di Ujung Pulau Yang Kehilangan Bapa Sunyinya nyanyian Anak-anak seribu pulau Rataplah…. Senyum-senyum awan Yang Hampir Pudar Bunga-bunga indah Yang Berguguran Hilangnya Buaian-buaian angin Yang Lembut Tentang benang-benang Yang kusut Kaca-kaca yang retak Dalam keluh kesahnya Dekaplah… Seribu pulau yang sedang piatu Taburkan Bunga-bunga Yang Kembali Mekar Rentangkan benang-benang yang kusut Satukan kaca-kaca yang retak Dalam Satu Ibu Agar Awan-awan Kembali Tersenyum Dalam persembahahan Nyanyian Anak-anak Seribu pulau Untuk Satu Ibu Pertiwi. Febry abrar Banjarmasin 10 april 2008 antara aku,angin, dan bangsaku kala itu aku tersindir oleh desir angin yang mengisyaratkan kegetiran kalau bukan karena firman tuhan aku tak akan sudi lagi menari di atas hamparan mega birumu tak sudi aku menyaksikan bangsamu yang dipenuhi darah amarah diamlah kau angin! jangan kau salahkan bangsaku kau hanya bisa mencibir menyebarkan kejelekan bangsaku kenegeri-negeri tetangga tidakkah kau ingat di negeri siapakah kau sedang menari negeriku negeri suci bangsaku bangsa beradab! kesucian negerimu hanyalah rekayasa belaka berapa juta galon darah tertumpahkan di negerimu atas nama kesucian menurut versi bangsamu kau kemanakan daftar orang-orang hilang yang sampai aku serenta ini tidak ada kabar yang jelas itupun atas nama keberadaban menurut versi bangsamu sindiran itu masih mengabut dalam kalbuku mengaburkan pandangan cintaku pada ibu pertiwi akankah kecintaanku pada negeri ini luntur akankah kidung cinta yang senentiasa kudendangkan pada ibu pertiwi harus terhenti tak mungkin aku memandang sebelah mata pada tanah airku yang kucinta wahai dunia tunggulah saatnya ketika bangsaku telah sembuh mercusuar dunia akan berada dalam tangan kami! sang angin tersenyum sinis dianggapnya aku bangsa bedebah yang membual ia berlalu sambil berkata semoga tuhan memberimu keberuntungan ngayogyakarta hadiningrat segaris dengan puncak merapi Penyakit dan Bangkit Badannya penuh borok mukanya penuh jerawat bernanah kulitnya ditumbuhi bisul beringas semua menambah bebannya Hamparan kulit mulus yang dulu ku lihat hancur tercabik-cabik luka luka durjana karena bakteri yang memiliki otak pintar pintar membuat luka di dalam hatinya Jantung yang tertusuk perasaan marah namun hanya gempa dan bencana yang dapat membalasnya walaupun sudah berjuang melepas cinta dalam tumbuhnya benih-benih pohon harapan namun yang ada masih saja polusi laknat untuk kegemukan segelintir kuman penyakit Biarkan aku menjadi ulat walaupun menjijikkan namun bisa menjadi kupu-kupu yang memperindah parasmu biarkan aku menjadi pohon yang akan tumbuh kokoh beranak pinak yang menyembuhkan lukamu biarkan aku menjadi diriku yang mencintaimu apa adanya karena hanya turut menanggung hutang dari orang yang tidak merasa harus bertanggung jawab biarkan doaku menyelimutimu biarkan cintaku membakar semua kelam sejarahmu sekarang kita akan bangkit bersama menyongsong hari esok yang cemerlang yang tiada luka matilah semua durjana perusak bangsa, penyakit semesta. damailah bangsaku, puaslah rakyatku. Alam Mengadu Sayang… sayang… sayang… Keping uang menina-bobokan Tuan Kealpaan menghanyutkan penumpang Ketulian membutakan mata-hati Tuan Tak hiraukan kanan-kiri kehancuran Hijauku jadi abu Tanahku gersang Air bah pun menyerang Menderai tangis alam Merkuri ikut merajam lautku Istana biruku Jadi kelabu Terlumuri limbah nistamu Tuan… Tak cukup kau sematkan Racun itu dalam kehidupanku Tapi juga merasuk, menggerogoti Otak anak negeriku Jadi pilu, dungu, sendu Tak merindukah kau…?!! Bersitatap dengan keelokan nusantara kala itu Jernih, tersenyum indah Bak mutiara, yaqut dan marjan Berseri-seri seperti mentari pagi Menentramkan hati Tuan… Rangkul aku, peluk aku Rawat aku, sayangi aku Ar-Rahmaan*… Jerit pohonku mengadu Alun-isak bayuku mendayu merayu Pun Ayat-Ayat Kauniyah-Mu Tunduk di hadap-Mu Atas seruan Rabbul Alamin ku Fabiayyi aalaa irabbikumaa tukadz dzibaan*… Tundukkan pula tangan, hati hamba-hamba-Mu Dari durja Di atas nestapa alamku. Biarkan aku bernafas Di sini Bersama angin-angin yang memenuhi langit Dan samudera yang siap mengalir Hari itu Adalah saat pertama kujejakkan kaki Maka kutetapkan untuk berdiri di sini Hingga akhir, hingga entah Di tempat darah para durjana pernah singgah Tempat raja-raja membangun singgasana Tempat rempah-rempah bernaung dalam kerak bumi Negeriku adalah surga dunia Kucari tempat sempurna ke pelosok negeri Dimana tak ada korupsi, Tak ada kejahatan, Tak ada kelalaian, Tak ada dusta, Tak ada kemunafikan, Namun entah Ada sesuatu di hati ini berbisik, Tanah airku adalah surgaku Negeriku Di negeri ini tangisan pertamaku menggema disambut seutas senyum dan belaian lembut ibu pertiwi Aku menjelma jadi bocah ceria dari asupan gemah ripah bumi pertiwi masih kurasakan hangat dekapannya dan segarnya hembusan angin disela-sela hijau dedaunan aliran sungai menebar aroma rempah-rempah kebanggan negeri dan nyanyian burung-burung di pagi hari pertanda damainya jiwa menyongsong hari kini……….. air mata membanjiri lorong-lorong hati menyaksikan ibu pertiwi tak lagi tersenyum belantara tak lagi hijau dan sungai-sungai hitam pekat menjadi saksi pancaroba negeri ini Aku yang tertegun………. bukan saatnya mencari kambing hitam tapi, bangkit bersama kembalikan negeriku yang nyaman By enno' purwa Pertiwiku kelam abu menerpa semestaku raut senja tak elakkan senyap membisu ketika pertiwiku tidur nyanyian tangis mengiringi do’a pilu terlontar ahh ……… kandung jiwa telahir darah kandung raga terlahir noda bunda, jangan kau pergi bangunlah bersama sajak harapku bangkitlah bersama rinduku nafasku, rohku untukmu pangkulah aku tuk indahnya pertiwiku Tanya kami padamu Karya Shanty apa yang kau beri selain utang di negeri asing apa yang kau wariskan selain tingkat ekonomi yang bikin pusing apa yang kau ceritakan saat ini hanyalah koalisi konglomerasi, perbudakan politik yang buat rakyat mati berdiri negeriku, disini dulu ku tumpahkan darahku disini dulu kami bersatu disini dulu kami saling membahu melupakan perbedaan ras, agama dan suku negeriku, mengapa wajahmu bermuram durja kenapa tanahmu tak lagi indah kenapa bumimu kini porak poranda kenapa manusiamu hanya berebut kekuasaan dan harta di setiap sudut desa di setiap sudut kota masih ada anak-anakmu yang berjuang berpikir dan mencoba bangkit dari kemelaratan kau tahu kami disini masih cinta kami disini masih suka negeriku satu bernama Indonesia bhineka ika tunggal ika Judul Dear Ibu pertiwi Maafkan Kami…, Ibu Keluh lidah kami, Ibu Hanya untuk mengucapkan sepenggal kalimat tulus Permintaan maaf pun Kami sungguh kesusahan Pedih mata ini…, Ibu Hingga mata kami tak sanggup mengerjap Kami telah lupa bagaimana cara menangis Sungguh, dimana letak telaga air mata? Kami tak pernah tahu Apa yang harus kami perbuat…, Ibu? Untuk dapat merobek daftar panjang dosa kami Untuk mengganti segala kesadisan kami Yang tanpa segan mencoretkan warna nista Kepada realita bangsa Kami khilaf…, Ibu Kami telah menghancurkan peradaban! Kami mulai porak-porandakan tanpa iba! Kepada suatu dinasti Negara Yang masih tertatih-tatih belajar berjalan Seperti bayi, Indonesia Ibu Pertiwi… Kami mohon, janganlah engkau menangis darah Mungkin hanya inilah wujud pengakuan kami Generasi tak kenal balas budi Cacilah kami… Ibu Karena kami pantas untuk dicaci RAUT-RAUT WAJAH CINTA Oleh Siti Nur Hidayati Di sini…….. pada sebuah cermin tak berbingkai Sungguh tempatnya mengabarkan berita Dari raut-raut wajah berbaur makna Bercerita tentang pergulatan antara hidup dan mati Lihatlah…….. wahai siapapun yang sudi saksikan Ada raut-raut wajah cinta yang pucat bergurat letih Sorot mata nanap menerawang kosong Menatapi kejauhan yang tak bertepi Itu….. wajah cinta si bocah pengemis? Entah karena suasana apa…………….. Ia terdampar merayap dilembah kemiskinan Terbelit berbagai kesulitan yang tak bertepi Dan kini letih menunggu uluran tangan sang dermawan Itu….. wajah cinta si pemuda penganggur? Entah karena suasana apa…………….. Ia terapung dihempas sang mujur Terjerembab diantara kolusi dan nepotisme yang tak bertepi Dan kini letih menggapai nasib baik Itu….. wajah cinta si bocah narkoba? Entah karena suasana apa…………….. Ia tenggelam dalam buaian impian yang melupakan Lari dari carut marut hidupnya yang tak bertepi Dan kini letih mencari tempat berpijak Itu….. wajah cinta si bocah pemabok pencuri? Entah karena suasana apa…………….. Ia terjebak dalam lingkaran setan penyamun Terdampar ditandusan kasih yang tak bertepi Dan kini letih menggapai nasib baik Atau Itu….. wajah cinta sang koruptor? Entah karena suasana apa…………….. Ia bergelimang dalam perbuatan yang tak punya malu Terbuai dalam kesenangan diatas penderitaan kaum miskin Dan kini letih menghadapi persidangan dunia Lihatlah…….. wahai siapapun yang sudi saksikan Ada raut-raut wajah cinta yang pucat bergurat letih Sorot mata nanap menerawang kosong Menatapi kejauhan yang tak bertepi Melihat kepedihan ada diantero negeri Tapi…… semua hendak kabarkan cinta Meski entah karena apa ………………….. Ini cinta! Untuk Indonesiaku…….. CAHAYA CAHAYA Oleh Siti Nur Hidayati Kau hadir dikedalamanku Ketika gelap menyergap relungku Pengap tak tahu kemanapun arah Serasa ada sembilu menghujam Mengiris perih ke relung rasa Mengapa…………………………. ? Tak kuasa aku menolak Tak sampai aku meraih Kulihat nyalaMu abadi di singgasana tertinggi Berpijar hingga tembus di kegelapan penjuruku Aku terpana………………………… Ku lihat jelas batin yang keruh Di situ ada buih-buih kotor! Mengalir keluar dari hati cela Itu buih takabur ………….! Itu buih dusta ……………..! Itu buih ria …………………! Itu buih dengki ……………! Itu buih dendam ………….! Buih-buih itu terus berurai Nafasku telah tercekat sesak Penyakit hati itu meradang Aku tak berdaya Terkapar di titik terendah Lemah ………….! Papa ……………..! Hina ……………..! Jangan bicara salah Jangan bicara dosa Biarkan hening sunyi Biarkan sendiri Di situ ada taman kedamaian Tempat aku mencari aku Dalam pergulatan tanya berjawab Aku muncul hilang berganti aku Berjalan seiring denyut Detak-detak semakin cepat Hingga letih ronggaku k o s o n g Aku sebut A S M A M U A l l a h u A k b a r ………….. ! Bergama di seluruh penjuru ronggaku A l l a h u A k b a r ………….. ! Berkumandang mengisi ruangku A l l a h u A k b a r ………….. ! Cahayua itu terang benderang A l l a h u A k b a r ………….. ! Cahaya itulah Cahaya A l l a h u A k b a r ………….. ! Cahaya segala cahaya Takkan kutukar cinta padamu, bunda pertiwi Satu; Hari ini catatan cinta kueja tadi malam, bunda ketika terdampar pada resah tanahku seolah jerit bumi berteriak minta tolong pada penghuninya yang tak peduli tetap tergesa-gesa kesana kemari memperkosa dirimu yang semakin tua meratakan hutan jadi tanah kering menuangkan banjir, menyisakan kerontang bergantian asap kebakaran racun timbal tak cukup mencemari bertambah intensitas hari ke hari mereka menodai lautmu, sungaimu dengan racun kimia membotaki gunung-gunung melobangi tubuhmu seperti bopeng-bopeng bulan mengerikan! sungguh aku tak ingin jadi mereka! mereka memperebutkan apa saja dengan loba tamak menginjak-injak yang kalah si miskin, si melarat, sengsara mengais-ngais sisa remah disudut-sudut kota yang sesak berhimpitan berbagi ruang sempit di desa petani-petani kehilangan sawah menangis kalah ada anak yang mati kelaparan, kata media “hanya sebuah kabar, tak perlulah dibesar-besarkan,” kata orang itu, entah siapa datang dalam mimpiku menjijikkan melubangi lumbung pertiwi tercabik-cabik menyeramkan aku terpelanting pada realita pening kuheningkan hati mencari jawab belum bisa banyak berbuat masih terbatas mencoba berbagi yang tak berlimpah, dan harapan, Tuhan pasti cukupkan untuk mereka tak sanggup kusaksikan bening mata bocah menangis berkaca-kaca menahan lapar. Dua; Dulu menelusuri jejak cinta padamu pertiwi apakah cinta mesti menuangkan darahku dalam perang? aku hanya punya perang melawan diri sejak dini walau hanya bertahan tak menyontek waktu ujian kala remaja biarlah nilaiku jeblok tapi aku tak goblok, bunda kubaca jejakku pada cinta dimana cinta diuji? ketika kau mampu menolak amplop tebal dihadapanmu mencoba membeli kejujuran padahal kebutuhanmu menderu-deru kapan kesetiaan terbukti? ketika nafsu memburu-buru ingin memiliki yang bukan milikmu kau memilih siksa. ketika perawan rela menukar cinta demi sekedar bedak lipstik menjual cinta pada bandot tua demi materi kau memilih menderita. kubaca lagi jejak dimana cinta pernah tertoreh di Aceh, di Aceh! kutahankan cinta di tengah ledakan bom, hujan peluru menderu-deru ketakutan, darah dan trauma, takkan kutinggalkan bunda pertiwi mendesah di tiap doa, janganlah negeriku terpecah-pecah damai-damailah, jangan hanya dalam mimpi sampai aku lelah kehilangan kata. doa terhenti dalam hening mengeja cintaNya lalu ombak yang menghempas, mencipta neraka di hadapanku terpana membaca kehendakNya kucoba lagi menghayati cinta tetap kucinta kau sebab kurasakan tangismu bunda perih, perih menyayat hati dikhianati anak-anak sendiri kekasih jiwa. Tiga; Di hati, sekarang meski terbatas di pikir dan zikir kueja namamu dalam kasihNya semoga tetap bertahan dari perpecahan oleh tangan-tangan gergasi, siluman, manusia yang ingin membelah negeri yang ingin kau tak ada lagi menjadi serpihan-serpihan kecil tak berarti semoga kau bertahan sebab masih ada anak-anak bumi yang peduli tersenyum, tersenyumlah bunda pertiwi meski pahit menggigit hati Ratapan Senja Apa yang diperjuangkan, kini dihancurkan Apa yang dimenangkan, kini dienyahkan Negeri tercintaku luruh dalam balutan nafas sang waktu Bar-bar menjadi identitas tersohor bagi bumiku Semerbak wewangingan damai, tercerabut oleh anyir permusuhan Etika moral bergelayut di titik nadir Menanti terperosok… Negeriku malang, negeriku jalang Tenggelam dalam kebobrokan mental yang kental Apa yang ku cinta, kini terbalur rancu Semua samar… Kemajuan yang kasat mata, Hanya bermuara pada barisan pelahap ilegal rupiah berjamaah Selebihnya, Tergeletak pasrah pada guratan takdir Hyang Jagat Bahkan lingkaran cahaya mentari hanya memantulkan semburat nestapa Tak terelakkan, Air mata menggantung di pipi bulan Menangisi alam yang menggerutu tak bersahabat Negeriku dipenuhi lubang-lubang borok yang tak sempat terjamah Perut membuncit menjadi pertanda derita, bukan makmur Sedih… Miris… Aku menyaksikan ratapan senja nan malang Adakah yang masih peduli? Kemana perginya sang pekerti? Bahkan seorang pahlawan kesiangan pun enggan turun tangan… Lakukan sesuatu!!! Jika kau tak sanggup menjadi sebongkah karang yang kokoh Jadilah kerikil yang tak bergeming terlindas zaman Jika kau tak sanggup menjadi khalayak yang bersatu padu Jadilah sekawanan lebah pekerja yang gencar membela sang ratu Kayuh seluruh roda cinta sang nurani Lalu tebarkan ke setiap sudut Ibu Pertiwi Berikan yang terbaik… Demi Indonesia maju… Negeri Sebatas Khayal Sejauh mata memandang Tak Kulihat senyum Elok nan permai Dari Sang Pertiwi… Nyanyian-nyanyian alam Berubah menjadi tangisan Yang tak berujung… Ku rindu saat-saat berada Dalam pangkuanmu… Membelaiku dalam tidur panjangku… Memimpikan sebuah negeri Yang kekal nan damai… Tak kurasa kini, hanya ada jeritan-jeritan Membahana… Menyemarakkan hati Sekaligus mencengangkannya Dalam satu euforia… judul aku? TKI kubuka mata kubuka jendela kulihat indah wajahmu menghias hariku dengan senyum yang makin tak kumengerti arti hari ini hari terakhir aku melihatmu esok aku kan pergi meninggalkanmu bukan maksudku tinggalkanmu inginku dustai cintamu mungkin semua akan jadi indah jika aku mampu terimamu apa adanya jangan jangan salahkan dirimu salahkan aku yang tak mampu berikan yang terbaik untukmu salahkan aku yang tak mampu lakukan yang terbaik untukku paling tidak kau masih punya hatiku paling tidak ku masih ingat kamu aku hanya coba teruskan hidup ini mengais asa demi nikmat dunia jika kau butuh hadirku pangil aku janjiku takkkan jadi orang yang mendurhakaimu aku akan datang seperti saat dulu saat aku masih bersamamu membelamu dari sgala yang merusakmu oh, negeriku maafkan aku judul Hijau kuning merah dan kelabu warnai bangsaku karya Ichsan Gana Hijau kuning merah dan kelabu warnai bangsaku Seperti langit yang tak selalu biru Awan mulai menghitam Menutup membuyarkan kesadaran Suaramu masih riang Walo tak sedahulu Kakimu terus melangkah Langkah lari nyeri Dinding rumahmu mulai buta Tuli Bisu tak mampu berpetuah Caya Kau masih mampu memelukku Judul Bangga Aku Jadi Orang Indonesia Penulis Lalu Abdul Fatah Boleh saja Taufik Ismail Merasa malu jadi orang Indonesia Merutuk-rutuk seribu dosa Berjamaah bangsa kita Namun, aku di sini berdiri Berikrar segenap-penuh hati Bangga aku jadi orang Indonesia. Boleh saja kita akui Indonesia keadaannya memang begini Hancur di segala segi Namun, tak layak kita pesimis Berkicau mencela sampai menangis Berharap Indonesia berhenti diguyur gerimis. Optimis satu-satunya harapan yang tersisa kan menjadi senjata pamungkas kita Menatap hari esok yang cerah Bumi pertiwi yang cantik sumringah. Lihatlah… Indonesia sepotong surgaloka nan jelita Terhampar di sepanjang khatulistiwa Kaya budayanya Subur tanahnya Makmur lautnya Laksana pelangi aneka rupa Itulah Indonesia Membuat iri bangsa lain di dunia. Boleh saja Taufik Ismail Merasa malu jadi orang Indonesia Namun, kita di sini Mari berjanji segenap-penuh hati Ikrarkan selalu tiap detak nadi Bangga aku jadi orang Indonesia. Kursi kebatilan dihantam keriuhan batinku memporak-porandakan revolusi yang memuncak menghardik bumi pertiwi ini bencana membuncah bak air yang tak bertepi Indonesia…… Berteriaklah…. Hingga Riak air menggema memperkuat tali kemerdekaan membanggakan tanah hijau yang lapang Indonesia…. Berkaryalah Hingga gedung kesenian menjadi warna rupa yang terus terisi Kecintaan pada kebudayaanku membuat semangat raksa terus mengepul Indonesia…. Kibarrkan sang saka pada tiang keyakinan tertinggi bersorak bahwa kemerdekaan terus membahana membawa rakyat tuk trus mencintai negara ini Aku cinta Indonesia sebuah keyakinan yang trus terpatri di dada yang melekatkan Pancasila sebagai simbol tanah air… Proklamasi trus terngiang dimemoarku membangkitkanku tuk hadapi masa depan….. Cukup satu kata tuk raih keberhasilan Aku Cinta Indonesia….. Aku Cinta Indonesiaku… Kursi kebatilan dihantam keriuhan batinku memporak-porandakan revolusi yang memuncak menghardik bumi pertiwi ini bencana membuncah bak air yang tak bertepi Indonesia…… Berteriaklah…. Hingga Riak air menggema memperkuat tali kemerdekaan membanggakan tanah hijau yang lapang Indonesia…. Berkaryalah Hingga gedung kesenian menjadi warna rupa yang terus terisi Kecintaan pada kebudayaanku membuat semangat raksa terus mengepul Indonesia…. Kibarrkan sang saka pada tiang keyakinan tertinggi bersorak bahwa kemerdekaan terus membahana membawa rakyat tuk trus mencintai negara ini Aku cinta Indonesia sebuah keyakinan yang trus terpatri di dada yang melekatkan Pancasila sebagai simbol tanah air… Proklamasi trus terngiang dimemoarku membangkitkanku tuk hadapi masa depan….. Cukup satu kata tuk raih keberhasilan Aku Cinta Indonesia….. KaryaNovicharullah Arkie Namai Negara Ini Cinta Katakan bahwa negara kami negara miskin.. Aku tak pernah malu Katakan bangsa kami bangsa bodoh… Aku takkan kecewa Katakan pemimpin kami tak bermoral.. Aku menerima kenyataan Jika semua itu membuat kau tertawa Aku hanya tersenyum Ini negaraku… Bagaimanapun kalian mencacinya, sebenci apapun kalian terhadapnya Semua cermin kebencianmu… merefleksikan kecintaanku padanya Negaraku memang negara miskin.. Kemarin aku menatap bocah kecil lemah Yang kelaparan namun tertidur… Kadang ia terbatuk-batuk di sela tidurnya Dan ia juga menaruh mangkuk kecil di samping tubuhnya Yang diisikan oleh orang-orang dermawan yang melewatinya Bukan oleh pelindungnya yang bersembunyi di gedung ber-AC Bangsaku juga bodoh.. Tetanggaku tak melanjutkan sekolahnya sekalipun ia mampu Tanpa sadar betapa berharganya pendidikan itu Tanpa sadar bahwa tak berartinya ia tanpa ilmu Tanpa sadar betapa bodoh bangsanya… Tanpa sadar ia menambah bodoh bangsanya itu Pemimpinku tak bermoral… Ia yang tertidur di tengah membicarakan rakyatnya Kalu begitu, apa ia juga mendengar suara rakyatnya? Apa ia melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati? Atau hanya ingin mengangkat namanya, lalu korupsi? Aku tak ingin peduli Seburuk itukah negaraku? Tentu saja tidak Aku terpana melihat candi borobudur sang kejaiban dunia Aku bangga miliki Habibie yang brilian Aku senang bisa menari tradisional kala semua gila modern dance aku bangga… kau mesti tahu itu Tanya kami padamu Karya Shanty apa yang kau beri selain utang di negeri asing apa yang kau wariskan selain tingkat ekonomi yang bikin pusing apa yang kau ceritakan saat ini hanyalah koalisi konglomerasi, perbudakan politik yang buat rakyat mati berdiri negeriku, disini dulu ku tumpahkan darahku disini dulu kami bersatu disini dulu kami saling membahu melupakan perbedaan ras, agama dan suku negeriku, mengapa wajahmu bermuram durja kenapa tanahmu tak lagi indah kenapa bumimu kini porak poranda kenapa manusiamu hanya berebut kekuasaan dan harta di setiap sudut desa di setiap sudut kota masih ada anak-anakmu yang berjuang berpikir dan mencoba bangkit dari kemelaratan kau tahu kami disini masih cinta kami disini masih suka negeriku satu bernama Indonesia bhineka tunggal ika Ini negeriku baru kemarin kita tertawa lalu kini kita berduka baru kemarin kita merdeka lalu kini kita terjajah mahasiswa berontak lalu berorasi wakil rakyat berteriak senang diatas kursi rakyat kecil menjerit kelaparan para pejabat kenyang kemewahan ini negeriku gemah ripah loh jinawi ini wakil rakyatku demi kursi mati hati Pertiwi Selama darah masih mengalir, Selama jantung tetap berdetak, Di kala surya masih bersinar, Selama itu pula hati tetap berkobar. Pertiwi menangis, merintih menahan luka, Tergores oleh kenangan penyimpan duka, Di masa abdi tetap terlaksana, Akan kujaga Ibu Pertiwiku. Wahai….Putra bangsa…… Sudah tegarkah hatimu berjuang, Ku lihat malam semakin benderang, Seiring jiwa yang tak tergoyahkan. Ibu Pertiwi….. Tanahmu runtuh menahan derita, Airmu meluap melepaskan sengsara, Kini, tanah air berkata, Dimana sang abdi negara. judul puisi * kami pewaris negeri ini * kami disini… menatap langit membelah cakrawala tanah air kami tak apa, bersandal jepit kami bersekolah kadang tak beralas ini kaki dengan sepatu model terbaru melewati tanah basah kaki-kaki kami dimana tersiram hujan sawah padi menguning menelusuri ngarai sungai berlari kami pada tanah pertiwi,hijau menghampar surga hutanku sesekali menyeka peluh pada wajah peluh jatuh dari badan karena cinta pada negeri karena cita-cita tanah air gemilang ada pada puncak jiwa kami tak gentar kami bila badai hujan menghadang dimana membasahi baju dan tas terbuat dari anyaman bambu karena kami tahu membangun tanah air adalah mulia gunung krakatau menampakan kegagahanya karang dihantam deburan ombak mengila tetap kokoh ia berdiri jiwa semangat ditempa sang guru agar tak menjadi generasi cengeng lihat…! matahari mulai menampakan sinar cahayanya berlari kita bersama menuju indonesia bangkit karena kami pewaris negeri ini.

puisi bertema cinta tanah air